Kelet-Keling. Wereng coklat sampai saat ini masih dianggap sebagai hama utama pada pertanaman padi karena kerusakan yang diakibatkan cukup luas dan hampir terjadi pada setiap musim pertanaman. Penggunaan pestisida yang melanggar kaidah-kaidah PHT (tepat jenis, tepat dosis dan tepat waktu aplikasi) turut memicu ledakan wereng coklat.
Kerusakan yang disebabkan dapat terjadi secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara langsung karena kemampuan serangga wereng coklat
menghisap cairan jaringan tanaman padi sehingga tanaman menjadi kering
dan akhirnya mati. Secara tidak langsung karena serangga wereng coklat dapat menjadi vektor virus penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa. Dengan menghisap cairan dari dalam jaringan pengangkut tanaman padi wereng coklat
dapat menimbulkan kerusakan ringan sampai berat pada hampir semua fase
tumbuh sejak fase bibit, anakan, sampai fase masak susu (pengisian).
Gejala yang tampak dari serangan wereng coklat
dapat terlihat dari daun yang menguning kemudian tanaman mengering
dengan cepat (seperti terbakar). Gejala ini dikenal dengan istilah hopperbum. Dalam suatu hamparan gejala hopperbum terlihat sebagai bentuk lingkaran yang menunjukkan pola penyebaran wereng coklat yang dimulai dari satu titik kemudian menyebar ke segala arah dalam bentuk lingkaran. Dalam keadaan seperti ini populasi wereng coklat biasanya sudah sangat tinggi. Langkah-langkah pencegahan hama wereng coklatsecara
umum dapat dilakukan dengan cara menggunakan variatas tahan, penanaman
padi serempak dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat, pergiliran
varietas dan pengendalian dengan insektisida.
Seperti yang terjadi di sawah Bapak Muhtadi anggota Kelompok Tani Mukti 5 desa Kelet-Keling, dimana sawah seluas 0,5 Ha yang ditanami padi jenis Blagendit terserang hama wereng coklat. Anggota Koramil 08/Keling Pelda Kamina sebagai Babinsa Kelet bersama Bapak Muhtadi melaksanakan penyemprotan hama wereng coklat di lahan sawah tersebut, Rabu 7 Juni 2017.
0 komentar:
Posting Komentar